Kamis, 26 Januari 2017

Fireball, Iseng-iseng jadi beruntung.

  Sekitar akhir tahun 2016 kemarin, malam itu, entah apa yang terbesit di pikiran gue, rasanya pingin
keluarin aja itu kamera. Iya, Digital Single Lens Reflex entry low, keluaran lama tapi meyakinkan
sih, lumayan. Bodo amat sama tetangga yang bingung ngeliatin gue, "itu anak kurang kerjaan banget",
entah apa, mungkin seperti itu pemikiran mereka. Mungkin udah bawaan gue kali, saat liat ke depan
rumah, kalo langit cerah dan terlihat bintang-bintang walau gak sebanyak saat di gunung, pedesaan
atau di pantai, tapi tetep indah banget, yah.. secara lah gue tinggal di tengah kota yang polusi
cahayanya sangat menggagu observasi malam. Walau tinggal di sekitar perkampungan di daerah
Tanjung barat, lampu-lampunya gak kalah menggagu, wajar sekali gue berakting seperti orang
norak kalo di langit jakarta tiba-tba banyak bintang-bintang bertaburan seperti yang tidak biasanya,
abu-abu. Dan sekali lagi, walau gak sebanyak yang gue tulis tadi, hehe.


  Tepat jam setengah 8 malam itu, gue pasang aja itu kamera ke tripod lama gue yang atasannya patah,
terus gue akalin lagi dengan mencantolkan mounting sepedah buat di action cam , biar bisa dipasang
ke kamera gue (mungkin ini info yang gak penting). Sebenarnya sih waktu itu gue kurang beruntung,
saat udah pasang perlengakapan gear-gear, tiba-tiba aja angin berhembus, dan saat meliahat ke atas,
awan mendung pun berserakan menghalangi bintang-bintang cantik itu. Walau demikian,
gue tetep konsisten, jangan rapihin gear dulu, mungkin awannya cuman lewat, pikir gue seperti itu.
Gue sempet tinggalin tuh perlengkapan motret gue di luar (kebetulan kalo ada orang yang nyelonong
masuk, gerbang pasti bunyi dan gue bisa langsung pergokin). Saat gear-gear gue kedinginan di
luar sana, pemiliknya malah enak-enakan makan mie goreng sambil nonton tv di dalem rumah, jahat.


   Setengah jam berlalu, bahkan gue hampir lupa kalo gue naro kamera di depan rumah, lantas gue langsung caws ke depan rumah berharap langit udh gak mendung dan memastikan gear serta kamera gue masih ada tentunya. Sialnya awan-awan itu masih mengitari langit Tanjung Barat malam itu. Mau gak mau gue terpaksa "hunting" ala astrofografi di bawah langit mendung, gak lucu banget. Dengan mengharap ke-hoki-an, malam itu gue langsung pasangkan kabel shutter atau sering disebut juga shutter release (maklum, kamera gue blm support wireless).


   Nah, hunting malam pun dimulai, di depan rumah. Sumpah, gue sempet berpikir, hunting itu kalimat yang identik dengan aktivitas outdoor, dan bahkan gue gak kemana-mana. Gue bingung mau menyebutkan gimana, hunting atau apa. Setelah kamera gue atur secara manual (karena berfoto astrofotografi itu identik dengan long exposure) artinya kita harus mengatur kamera sedimikan rupa agar bintang atau objek terang atau redup yang terdapat dilangit bisa terlihat di layar kamera, kita tidak mau hasil foto menjadi gelap bukan? eh tapi lain lagi kalo ceritanya objeknya bulan.Mungkin teman-temn sudah tau bagaimana mengaturnya, tapi disini saya akan memperjelas lagi.


   Saya memulai dengan mengarahkan kamera ke sebelah utara, karena arah utara lah yang tidak tertutup pohon........ oke,  saat saya mengambil beberapa foto pertama memang biasa saja, hanya terlihat sekumpulan awan  mendung berwan abu-abu. Namun foto selanjutnya terlihat samar-samar 1-2 bintang bersembunyi malu-malu di balik awan tipis tersebut, Saat itu saya mengatur kecepatan rana selama 30 detik dengan iso yang tidak terlalu besar sekitar 200 dengan mode shot continuous agar tidak ada objek yang terlewatkan (hanya saja saat jeda pause processing yang mengahawatirkan, pastikan jangan menggunakan kualitas RAW kalo tidak mau lama saat jeda processing).
Foto demi foto ter-shoot, gue sangat berterima kasih sama shutter release, tanpa menekan apapun, gue tetep bisa moto (shutter release mode: lock). sekitar 10 menit terfoto lalu gue mengecek hasil foto-fotonya, memang belum menemukan apapun, lalu gue kembali men-lock shutter release dan kembali memotret, namun kali ini iso gue naikin jadi 400 dan tetep pada mode continuous.
 

  Gear kembali gue paksain bekerja. entah berapa foto yang terambil. Namun pastinya bunyi cklik, cklik terus menerus akan membuat tetangga bertanya-tanya, "bunyi apa itu gerangan?" seperti itu. Sekilas saat menoleh ke atas sambil nungguin kamera, mata gue melihat sesuatu yg bergerak cepat, kebetulan waktu itu gue udh ngantuk, (padahal baru jam 8) namun entah apa itu, kaga gue gubris pun. mungkin gue udh mulai lelah.

 
  Shutter release pun gue lepas dari kamera, tripod pun gue lepas. Ya, artinya berakhir lah sesi hunting malam itu. Sempat berfikir bodo amat sama foto-foto tersebut karena gue tau, kagak bakalan dapet apa-apaan. Namun apa daya penasaran membunuh kebodoamatan ini, gue akhirnya cek seluruh foto-foto hasil hunting tsb, dan bam, gue pun terhenti di IMG-XXXX (gue lupa nomornya) dan gue bertanya-tanya, apakah gerangan objek biru terang bak meteor meledak itu?



  Karena penasaran, gue upload lah foto itu ke instagram dengan mengcaption pertanyaan dan
nge-tag-in salah satu akun astronomy yang gue follow, dengan harapan "dijawab".  Setelah upload
selesai, hape pun gue tinggal nonton tv.  Lalu gak lama, setelah gue cek hape kembali, ternyata post-an
gue digubris dan dijawab, ternyata itu Fireball. Wow gue langsung browsing ke google image,
kumpulan foto dan definisi lengkap fireball. Oh, ternyata gue beruntung banget karena jarang
juga yg bisa lihat dan foto bersamaan. Kebetulan juga malam saat itu adalah dua hari menjelang
hujan meteor orionid, haha sudah kuduga.


Yah begitulah pengalaman gue saat ber astrofotografi di depan rumah, barangkali temans juga
punya pengalaman serupa atau mirip, bisa ceritakan dan berbagi di kolom komentar.

Terima kasih.

Kamis, 28 Juli 2016

Siapa Bilang Di Jakarta Gak bisa memotret Galaksi Bima Sakti?

Hai blogger hari ini ane pengen berbagi pengalaman dan tips trik buat memotret galaksi bima sakti di Jakarta. Terlihat mustahil mungkin, tapi jika kita tahu tips dan trik nya, tidak akan terlihat mustahil lagi tentunya

Dengan bantuan software photoshop (bukan edit manipulasi gambar), settingan kamera dslr yang bener, langit super cerah, dan arah mata angin (baca: ambil kompas) atau aplikasi peta bintang, kita bisa memotret galaksi bima sakti di langit jakarta lho..
how can?

Kemarin malam 27 july 2016 sekitar jam setengah 11, langit jakarta sangat cerah, terlihat rasi bintang cygnus di utara (walau enggak full team) sama bintang vega di sebelah kirinya dan kebetulan galaksi milky way sudah terbentang di langit utara (ane cek stellarium) bermodal kamera dan tatakan di atas genteng, ane lgs setting lah kamera ke mode m, dengan parameter: iso 1600, bukaan lensa f3.5, sama kecepatan rana 15 detik. lalu idupin af, biarin af yg mokusin objek2 di langit, setelah fokus balikiin ke mf lagi, sebelum pencet tombol shuter, ane gak lupa pake self time biar gak shake.


settingan dslr
Ane ambil sekitar 2 photo sampe hasilnya bener2 alus (gak shake/miss fokus) dengan mengharap hoki, dan bener, pas photo diliat di leptop, udh ada bayangan awan tipis menjulang bak milky way, dan disini lah adobe photoshop dibutuhkan. dengan memperbaiki brightness sama contrast nya, lalu atur curves ke bawah (biar gelap, agar bentangan awan galaxynya semakin hidup) 



 dan wala, ane berhasil mendapatkan Galaksi Bima Sakti walau bentangannya gak terlalu mendominasi dan bayangan samar. but, ini sudah sangat memuaskan.


sebelum dan sesudah di edit curves-ya

Intinya, walau berada di perkotaan, carilah spot yang dimana objek yang terdapat pancaran sinarnya minimal, kalau perlu tidak ada. karena sangat menggagu hunting. selain itu, memotret galaksi bima sakti juga mempunyai waktu waktu ideal, yaitu saat bulan april - september.

so thx buat blogger yang sudah membaca tulisan ane, semoga bermanfaat.


Galaksi Bima Sakti

Kamis, 05 Maret 2015

Tips buat observasi langit


hai blogger, reader terhormat, udah lama kaga nulis lagi nih ane hehehe. Seharusnya sih lagi sekolah, tapi eh berhubungan lagi berdiam diri di rumah, lagi sakit.. meriang.. merindukan kasih sayang.. yaelah wkwk dan ada koneksi internet juga. Kali ini saya pengen berbagi tips bagaimana cara observasi objek2 di langit alias observasi langit nih, Intro dulu.. observasi menurut bahasa artinya pengamatan, berarti kalo observasi langit adalah pengamatan atau mengamati objek objek yang ada di langit entah itu bintang, planet, meteor atau objek lainnya. Nah observasi langit kan biasa dilakukan oleh orang-orang yang emang bener2 penikmat alam semesta alias astronom atau sejenisnya kan, nah oleh karena itu nih gue tekankan kembali, gue pengen berbagi tips dan bagaimana cara observasi langit nih.

Kalo orang mau observasi langit, yang namanya persiapan matang itu harus mblo, apalagi kalo observasinya sampe tengah malem bahkan sampe shubuh (biasa observasi kayak gitu nungguin hujan meteor) wah mental, fisik, makanan harus full lah, istilahnya jangan setengah2 dah pokoknya. Tapi kalo observasinya cuma bentar kagak nyampe 10 menit atau pengen meriksa/liat ada pristiwa astronomis its like yeah you know lah, looking for objek langit yang menarik kayak ada planet venus atau saturnus atau mars mejeng atau bulan purnama atau supermoon atau atau konjungsi planet atau ada ISS lewat ya... gak papa biasa aja, persiapannya jangan lebay2 amat dah.

planet saturnus saat saya photo di selatan kota jakarta
Oke, seperti yang kita tau, di Indonesia kan punya dua musim, kemarau sama hujan. Musim kemarau dari bulan april-september, sedangkan musim hujan dari oktober-maret. Nah dari situ kita tahu bahwa musim hujan pasti akan membuat awan selalu mendung dan berkonspirasi untuk menghalangi birunya langit dan objek2 langit kan? Jadi kesimpulan disini kita tau bahwa observasi terbaik dilakukan terutama pada musim kemarau dimana potensi langit cerah besar sekali untuk mendukung kita ber-observasi langit dengan ria dan liar. Utamakan tempat yang polusi cahayanya minimal alias gelap, jangan ada lampu atau sejenisnya karena tentu saja akan mengganggu kita untuk mengamati setiap objek-objek di langit. Rekomendasi di bukit atau kebun (kebun pisang, atau di tpu terdekat, kalo berani) jangan di tengah2 tempat ramai alias downtown atau di tengah kota, karena polusi cahaya dari lampu rumah/mobil dan banyak gedung2 bertingkat yang akan sangat mengganggu kita saat berobservasi.

Dan juga, saat observasi jangan lupakan kamera. Karena dengan kamera objek dan momen menarik saat observ bisa diambil lah buat jadi kenang2 dan bahkan kita bisa pajang di media sosial atau blog, kan karen jadinya ya kan. So, ayo tunggu apa lagi, malam tiba, mari observasi langit!!

Kamis, 19 Februari 2015

Kenapa gue suka astronomi??

hai mblo eh gue juga mblo ya(?) wkwk hai blogger, reader terhormat. kali ini gue pengen curhat nih kenapa gue jadi suka sama yang namanya astronomi? oke. apa itu astronomi? atronomi adalah ilmu yang mempelajari tentang luar angkasa. eh inget bukan yang ke luar angaksa loh alias yang kerja lapangan. astronomi itu YANG MEMPELAJARI SEMUA TENTANG LUAR ANGKASA, BUKAN YANG PERGI KE LUAR ANGKASA. kalo yang pergi ke luar angaksa beda lagi, dia disebut astronot (sebutan amerika) kosmonot (sebutan rusia) angaksawan (sebutan malaysia) ANTARIKSAWAN (sebutan indonesia). baru tau kan? baru tau kan? baru tau kan? oiya, did you know? astronomi adalah ilmu tertua yang pernah dipelajari oleh umat manusia. au kapan mulainya gue lupa tapi pernah baca, pokonya udah tua dah. (lah bisa gitu? wkwk) oke kembali ke pembahasan. orang yang memperdalam ilmu tentang astonomi disebut astronom, "i" nya diilangin doang. mungkin salah satu atau salah dua atau salah semua dari kalian pernah yang namanya observasi melihat bintang bintang atau objek langit lainya pakai telsekop maupun teropong (sama aja) atau mata telanjang?? selamat! anda sudah resmi menjadi astronom, astronom amatir tepatnya. jika demikian seperti itu, berarti kita sama. Yeeaaay *tepuk tangan*. astronom amatir itu adalah ya itu lah. tau amatir kan? eh bukan itu loh iykwim loh, bukan. astronom amatir kaya kita kita gitu. modal teleskop dan tinggal observasi liat ke langit. sangat mudah bukan menjadi astronom, tapi dengan catatan loe harus tau apa itu astronomi, seluk beluknya.  kalo mau lebih jelas apa itu astronom amatir bisa search di gugel.

mashaallah lupa ke pmbahasan mbloo.. kenapa gue bisa jadi suka sama yang namanya astronomi? jadi pertama gini gan (eh jadi anak kaskus) dulu pas gue masih sd, skitar 5-6 sd apa kalo gak salah (sekarang gue udah mau lulus lulusan sma-smk, jadi itung umur gue aja sndiri wkwk) jadi gini, sodara gue kayak beli majalah tentang tata surya ringan, isinya simple detail tapi menyenangkan gitu, trus gue pinjem, nah disitu lah jiwa membaca gua benar benar lagi mengaum. disitu gue benar benar menikmati apa yang gue baca. menarik bangat isinya. sumpah, planet2, asteroid2, metorit, bulan, matahari. aduh ngiler.. nah saat itu lah otak gue mulai berpikir dan berjungkir baliklah persepsi gue tentang langit. (maklum lah masih anak kecil, taunya cuma matahari, bulan, awan, mendung, sama kabut wkwk) ternyata planet kita itu kecil pake banget! 1 planet jupitr aja bisa dimasukin 1000 bumi. terus 1 matahari bisa dimasukin 1,3 jt bumi. masih mau sombong? masih mau merasa besar?? yakin.. nih

perbandingan bumi dengan benda langit lainnya. kecil pake banget!


belum lagi, kita itu masih dalam lingkup tata surya. tau nggak psawat yang pernah dibuat manusia yang paling jauh itu apa? ya! Voyager 1. tuh spaceship unmanned alias kaga berawak (yakali berawak, orang udah ninggalin tata surya gitu wkwk) diluncurin tanggal 5 september 1977. nih kalo mau tau lebih jauh tentang voyager 1. eh iya tata surya, sistem kita yang dikomandoi oleh matahari, our lamp, our power, our energy, our life. punya 7 anak. hapal kan? merkurius venus bumi mars jupiter saturnus uranus neptunus. pluto udah kaga dianggep lagi. kasihan pluto. tau nggak? planet kita, bumi adalah satu2nya planet yang (terdapat kehidupan? bukan itu maksut gue, semua pasti udah tau) iya satu2 nya planet yang dinamai bukan dari dewa dewi mitologi yunani. bumi;tanah;earth. keren!



sampe sini dulu dah ya. nanti ta terusin. masih berlanjut pren... makasih for your attention ::)

Minggu, 23 Desember 2012

Tanda Tanda Kematian

     Allah telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40 hari, 7 hari, 3 hari
dan 1 hari menjelang kematian.

Tanda 100 hari menjelang ajal :
Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari terang ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran yang sangat
kuat, lain dari biasanya, Bagi yang menyadarinya akan terasa indah di hati, namun yang tidak menyadari, tidak ada pengaruh apa-apa.

Tanda 40 hari menjelang kematian :
Selepas Ashar, jantung berdenyut-denyut. Daun yang bertuliskan nama kita di lauh mahfudz akan
gugur. Malaikat maut akan mengambil daun kita
dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari.

Tanda 7 hari menjlang ajal :
Akan diuji dengan sakit, Orang sakit biasanya tidak selera makan. Tapi dengan sakit ini tiba-tiba menjadi berselera meminta makanan ini dan itu.

Tanda 3 hari menjelang ajal :
Terasa denyutan ditengah dahi. Jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah kita, agar perut
kita tidak banyak najis dan memudahkan urusan orang yang memandikan kita nanti.

Tanda 1 hari sebelum kematian :
Di waktu Ashar, kita merasa 1 denyutan di ubun-ubun, menandakan kita tidak sempet
menemui Ashar besok harinya.

Bagi yang khusnul khotimah akan merasa sejuk di
bagian pusar, kemudian ke pinggang lalu ketenggorokan, maka dalam kondisi ini
hendaklah kita mengucapkan 2 kalimat syahadat.

Sahabatku yang budiman, subhanAllah, Imam Al-
Ghazali, mengetahui kematiannya. Beliau menyiapkan sendiri keperluannya, beliau sudah
mandi dan wudhu, meng-kafani dirinya, kecuali
bagian wajah yang belum ditutup. Beliau memanggil saudaranya Imam Ahmad untuk
menutup wajahnya. SubhanAllah. Malaikat maut
akan menampakkan diri pada orang-orang yang terpilih. Dan semoga kita menjadi hamba yang terpilih dan siap menerima
kematian kapanpun dan di manapun kita berada.
Aamiin.
Semoga Tulisan Ini Bermanfaat

Rabu, 05 September 2012

Peneliti temukan komponen pembentuk kehidupan di luar angkasa

Peneliti temukan komponen pembentuk kehidupan di luar angkasa
IRAS 16293-2422 dan molekul gula di dalam gasnya (© MSN.com)

Sekitar 400 tahun cahaya dari konstelasi Ophiuchus tercipta satu bintang baru yang bernama IRAS 16293-2422. Anehnya di dalam gas yang menyelimuti bintang muda tersebut terdapat molekul gula.

IRAS 16293-2422 adalah bintang baru yang besarnya hampir sama dengan matahari. "Ini adalah pertama kalinya astronom dapat menemukan bintang dengan ukuran sebesar matahari secara dekat," ungkap astronom seperti yang dikutip oleh CBC (30/08). Tidak hanya mendapatkan pemandangan secara dekat dan mengetahui proses pembentukan bintang baru, yang menjadikan astronom-astronom tersebut takjub adalah terdapatnya molekul gula yang dinamakanglycolaldehyde. 

"Dalam balutan gas yang menyelimuti bintang baru tersebut, kita menemukan glycolaldehyde atau bentukan awal dari gula. Glycolaldehyde tersebut tidak berbeda dengan molekul gula yang kita masukkan ke dalam kopi," jelas Jes Jorgensen, pimpinan peneliti dari Niels Bohr Institute, Denmark. Jorgensen juga menjelaskan bahwa glycolaldehyde adalah salah satu komponen pembentuk RiboNucleicAcid atau RNA.

Seperti halnya DNA atau DeoxyriboNucleicAcid, RNA juga berfungsi sebagai pembantu transmisi pembentukan genetika. DNA dan RNA saling terkait, tanpa RNA maka protein tidak akan tercipta. Menurut Wikipedia, protein berperan penting dalam pembentukan struktur sel dalam makhluk hidup atau juga virus. 

Para peneliti menemukan kandungan molekul gula dalam selimut gas bintang baru tersebut dengan menggunakan radio teleskop Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) yang berada di Chile. Menurut para peneliti ketika bintang baru terbentuk, awan debu dan gas mempunyai suhu yang sangat dingin. Sebagian gas tersebut akan menyatu dengan partikel debu dan menjadi es. Setelah menyatu, keduanya akan membentuk molekul yang lebih komplek.

Dikarenakan letak dari IRAS 16293-2422 tergolong dekat dengan bumi, maka hal tersebut sangat membantu para peneliti untuk mempelajari semua hal yang terkandung di dalam bintang baru tersebut.

sumber: merdeka.com

Cerita astronot Indonesia yang gagal ke luar angkasa

Cerita astronot Indonesia yang gagal ke luar angkasa
Taufik dan Pratiwi


Astronot Amerika Serikat Neil Amstrong, yang pertama kali mendarat di bulan, meninggal dunia. Indonesia dulu pernah punya astronot. Hebatnya lagi astronot pertama Indonesia adalah seorang wanita bernama Pratiwi Sudarmono.

Pratiwi adalah seorang ilmuwan dari Universitas Indonesia. Dia lahir tanggal 31 Juli 1952 di Bandung. Saat itu rencananya Indonesia akan memberangkatkan astronot dalam misi STS-61-H yang menggunakan pesawat ulang-alik Columbia. STS-61-H yang direncanakan berangkat tahun 1986 ini akan meluncurkan tiga satelit komersil Skynet 4A, Palapa B3 and Westar 6S.

Palapa B3 merupakan satelit Indonesia. Karena itu pemerintah merasa perlu memberangkatkan astronot sendiri. Rencananya Pratiwi akan menjadi pay load specialist, atau kru yang mengoperasikan satelit Palapa B-3 dalam misi tersebut. Untuk astronot cadangan, ditunjuk Taufik Akbar yang merupakan engineer dari PT Telkom.

Keduanya sudah lama berlatih di bawah bimbingan NASA Amerika Serikat. Pemerintah RI sudah mengeluarkan biaya cukup besar untuk latihan ini. Pratiwi dan Taufik pun sudah siap diterbangkan ke luar angkasa.

Tapi sebuah musibah terjadi. Pesawat ulang-alik Challengger yang hendak menuaikan misi STS-51-L, meledak sesaat setelah diluncurkan. Challenger meledak tanggal 28 Januari 1986, hanya 73 detik setelah diluncurkan. Tujuh kru tewas dalam insiden ini.

Akibat dari insiden ini, NASA membatalkan beberapa penerbangan ke luar angkasa. Termasuk Columbia yang akan mengangkut satelit Palapa B-3 milik Indonesia.

Para astronot dalam misi penerbangan itu pun batal berangkat. Satelit B-3 akhirnya diluncurkan dengan roket Delta, tanpa kehadiran astronot dari Indonesia.

Setelah itu tak pernah ada lagi rencana Indonesia mengirimkan astronot ke luar angkasa. Pratiwi Sudarmono meneruskan karirnya sebagai ilmuwan, dan Taufik Akbar juga terus berkarir di PT Telkom.

Akhirnya malah Malaysia berhasil mengirimkan astronot ke ruang angkasa tahun 2007. Sheikh Muszaphar Shukor, seorang ilmuwan Malaysia berhasil pergi ke luar angkasa dengan menumpang Soyuz TMA-11 milik Rusia.

sumber: merdeka.com